Kenaikan Harga Makanan Pemicu Inflasi

JAMBI–Kenaikan harga makanan, terutama komoditas cabai, menjadi pemicu utama inflasi di Jambi pada Desember 2010. Ini diketahui dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, Senin (3/1) kemarin. Diketahui, tingkat inflasi Jambi mencapai  angkat 1,83 persen. Bahkan Jambi termasuk dalam 10 Provinsi yang mengalami inflasi tahun ini.

Kepala BPS Provinsi Jambi, Dyan Pramono Effendi dalam rilis persnya mengatakan, inflasi di Provinsi Jambi dikarenakan adanya kenaikan pada bahan makanan yang mencapai angka 4,83 persen. Barang-barang yang mengalami kenaikan tersebut di antaranya, kelompok makanan jadi, rokok dan minuman dan tembakau sebesar 1,18 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,42 persen serta kelompok sandang sebesar 0,41 persen.

”Sisanya disumbang oleh pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,01 persen dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen,” sebutnya, kemarin.”Komoditas yang paling dominanan memberikan sumbangan inflasi adalah cabai merah, beras, kelapa, daging, ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, udang basah, telur ayam ras, bayam dan ikan lambak,” katanya lagi. Sementara, deflasi yang terjadi di Jambi hanya sebesar 0,02 persen. Ini terjadi pada sektor kesehatan. Jika digambarkan dalam laju inflasi selama satu bulan Desember lalu yakni sebesar 10,52 persen, dan dalam gambaran tahun 2010 juga sebesar 10,25 persen.

”Jambi berada pada urutan ke-7 dari 16 provinsi di bagian Sumatera di bawah Provinsi Sumatera Barat. Namun, memang bulan Desember 2010 ini seluruh provinsi di Sumatera mengalami inflasi,” sebutnya.  Sementara, untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jambi juga mengalami kenaikan pada bulan Desember, jika dibandingkan pada bulan November lalu. ”IHK Jambi naik dari 127,57 pada bulan November menjadi 129,91 pada bulan Desember,” terangnya. Sementara itu, pada sisi ekspor impor BPS juga menyebut adanya penurunan nilai. Menurut Dyan, pada bulan November lalu, Ekspor Jambi turun sebesar 29,07 persen, begitu juga dengan impornya yang turun hingga 23,78 persen.

”Kalau bulan Oktober lalu nilai ekspor Jambi mencapai US$ 191,35, nah dibulan November hanya sebesar US$  135,72. Sedang Nilai Impor turun menjadi US$ 8,70 pada bulan November ’’ sebutnya. Begitu juga dengan Volumenye. Dijelaskan Dyan, pada bulan November volume ekspor Jambi turun sebesar 29,21 persen, namun  volume impor justru naik sebesar 13,08 persen atau sebesar 5,86 ribu ton. Penurunan volume Ekspor terbesar terjadi pada sektor pertambangan yakni sebesar 86,39 persen, kemudian pertanian sebesar 13,61 persen dan industri sebesar 6,06 persen. Sedangkan untuk nilai, sektor  tertinggi yang mengalami penurunan juga terjadi pada pertambangan yakni sebesar 36,83 persen disusul pertanian sebesar 15,17 persen dan Industri sebesar 6,27 persen. (apj)
Software Iklan Baris Massal